Senin, 20 Juni 2011

AIR DI MUSIM KEMARAU


Kecemasan warga di komplek ini tentang masalah air kembali terjadi. Tidak sedikit warga mengeluhkan kekurangan air sebagai sumber kebutuhan primer mereka. Kebutuhan untuk minum, memasak, mandi dan lain tentu membutuhkan air bersih.
Setiap sore bagi warga yang kekurangan air pergi ke rumah-rumah menanyakan keadaan kebutuhan air mereka. Tak jarang jawaban mereka sama yaitu keadaan air mereka sangat terbatas. Namun keadaan sosial di komplek perumahan disini sangat kuat, maka warga yang keadaan airnya cukup untuk kebutuhan dirumah meskipun hanya bisa satu kali mandi tiap anggota keluarga, cukup untuk memasak air minum sampai besok pagi, sebagai cadangan untuk memasak dan mencuci sampai esok hari. Mereka menawarkan diri membagi sebagian air kepada warga yang membutuhkan.
Untuk mendapatkan sumber air ada beberapa cara seperti menggali sumur atau berlangganan ke perusahaan air minum. Warga disini memilih berlangganan ke perusahaan air minum karena memang letak keadaan alam disini susah mendapatkan air minum dengan cara menggali sumur.
Saya tidak tahu pasti bagaimana sistem pelayanan air minum disini karena berbeda dengan cara pelayanan di tempat saya bekerja. Disana perusahaan air minum daerah menggunakan flowmeter yaitu alat untuk mengetahui berapa banyak volume air yang masuk kerumah-rumah sehingga pelanggan tidak merasa dirugikan dan airpun lancar setiap hari membasahi kamar mandi, tempat cucian dan tenggorokan. Berbeda dengan tempat ini, tidak seperti dulu sewaktu saya kecil sempat melihat flowmeter tiap-tiap rumah tapi itupun saya tidak mengerti kenapa sekarang ini sudah tidak memakai flowmeter lagi karena saat itu saya masih kecil yang tidak menghiraukan ayah selalu resah tentang kebutuhan air tiap musim kemarau.
Seperti biasa tiap bulan kami membayar tagihan air yang tak jauh dari rumah. Ayah memerintahkan saya untuk membayar tagihan tersebut. Sayapun berangkat setelah diberi uang untuk membayar tagihan air. Setibanya disana saya langsung menuju ke petugas yang sedang duduk-duduk santai karena pelanggannya kosong.
Ruangan dengan ukuran 8 x 8 meter itu berisi 5 petugas terdiri 2 wanita dan 3 laki-laki. Seorang laki-laki dan seorang wanita sedang duduk bercakap-cakap di kursi pelanggan dan yang lain di tempat mereka bekerja. Entah apa tugas dan tanggung jawab mereka sebagai petugas PDAM karena tidak semua orang yang ada disitu bekerja sebagai petugas pembayaran tagihan dan saya tidak begitu mempermasalahkan.
Saya langsung menuju ke counter tempat pembayaran tagihan dan menyerahkan bukti pembayaran tagihan yang bulan lalu dan uang Rp 100.000 ke petugas yang sudah siap di depan komputernya. Sambil petugas itu mengentri berapa tagihan yang dibayar saya menyampaikan keluhan-keluhan warga dirumah.
“Maaf, saya mau tanya? Kenapa belakangan ini air dirumah tidak lancar? Dan sepertinya tiap musim kemarau air diperumahan saya bermasalah”
Mendengar pertanyaanku, serentak suasana yang awalnya tampak penuh canda tawa dalam percakapan petugas di ruangan tersebut menjadi hening, dan mereka perlahan berusaha menutup mulut dari gelak tawa. Salah satu dari mereka tampak tenang berusaha menjawab pertanyaanku.
“ Oh yang masalah kemarin air tidak lancar itu karena salah satu petugas kami terlalu cepat menutup saluran air yan menuju ke komplek rumah anda”. Jawab orang itu singkat dan tidak menghiraukan pertanyaanku yang terakhir. Tanpa melanjutkan kejanggalan dari jawaban orang itu saya mengulang pertanyaanku yang terakhir dengan tegas.
“Tapi kenapa masalah air di komplekku tiap musim kemarau bermasalah?”
Orang tinggi besar yang duduk bersandar dengan mengangkat kaki kanan ke atas lutut sebelah kiri sambil menggoyang-goyangkan kakinya kembali menjawab dengan wajah senyum tanpa rasa bersalah sedikitpun “Yaaa… saya tidak tahu pasti masalah itu, yang jelas kita tidak menyalurkan air itu ke sawah para petani tembakau, bapakmu yang kerjanya polisi itu ya? Ada dimana sekarang? Kok baru saya liat?”
Orang tersebut mengalihkan pembicaraan dengan berbalik bertanya tentang diriku. Cara dia berkomunikasi sepertinya orang itu cukup mahir dalam mengatasi keluhan masyarakat. Mungkin tidak hanya saya bisa diatasi, akan tetapi lebih banyak lagi pelanggan mengeluhkan masalah yang sama di tempat itu dengan mudah dia atasi.
Tak lama setelah orang tinggi besar itu berkata salah seorang lagi petugas pembayaran tagihan air menyerahkan bukti pembayaran beserta uang kembalian yang tadi saya bayar. Tanpa melanjutan perdebatan itu dan tanpa berpamitan, penuh rasa kesal saya langsung kembali menuju rumah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar